BANGKO PUSAKO - Di sebuah desa yang tenang tidak jauh dari tepian Sungai Rokan, geliat perubahan mulai terasa. Bukan hanya karena pembangunan fisik yang perlahan ditata, tetapi juga karena hadirnya semangat baru dari generasi muda.
Semua itu berawal dari sosok penjabat (Pj) Penghulu Sungai Manasib Jopi Gunawan, S, Pd yang memilih merangkul pemuda sebagai mitra, bukan sekadar pelengkap.
“Anak muda itu punya energi besar. Kalau tidak diarahkan, mereka bisa melayang tanpa arah. Tapi kalau diberi ruang, mereka bisa jadi motor penggerak desa,” ujar sang penjabat dengan senyum hangat.
Langkahnya sederhana, tapi berdampak nyata. Ia membuka ruang diskusi rutin dengan pemuda—mulai dari obrolan ringan di balai desa hingga pertemuan terarah tentang potensi usaha. Dari diskusi itu lahirlah ide-ide segar seperti budidaya ikan air tawar, pengolahan hasil tani, hingga gagasan menghidupkan kembali kesenian tradisional.
Pemuda yang dulunya hanya jadi penonton kini mulai bertransformasi menjadi pelaku. Ada yang sibuk merintis usaha kecil, ada pula yang mengelola kegiatan sosial. Dukungan dari pemerintah desa bukan hanya berupa fasilitas, tapi juga kepercayaan.
“Kami tidak hanya diberi arahan, tapi juga kesempatan untuk mencoba dan belajar,” kata ucuh yang merupakan salah seorang pemuda desa.
Hasilnya mulai tampak. Desa yang sebelumnya sepi kini ramai dengan aktivitas kreatif. Anak-anak muda betah tinggal, tak lagi buru-buru hijrah ke kota. Mereka merasa memiliki peran, merasa dibutuhkan, dan yakin bisa membangun tanah kelahirannya.
Dalam setiap langkahnya, Pj Penghulu Sungai Manasib Jopi Gunawan tak pernah menempatkan diri di atas, melainkan berjalan bersama. Ia percaya, masa depan desa ada di tangan generasi muda.
“Membangun desa itu bukan tugas satu orang, tapi kerja bersama. Dan pemuda adalah ujung tombaknya,” tegasnya.
Kisah ini memberi pesan sederhana namun kuat. Kemajuan desa tak selalu ditentukan oleh besar anggaran, tapi oleh seberapa besar ruang yang diberikan untuk tumbuhnya partisipasi masyarakat terutama pemuda.(sam)
